Senin, 16 Maret 2009

Kuwait Bantu Masjid Raya

JOHN NEDY KAMBANG
Kuwait Berjanji Bantu
Pembangunan Masjid Raya Sumbar
Kamis, 15/3/2009 13:42 WIB
Padangmedia.com - PADANG – Pembangunan Masjid Raya Sumatera Barat yang saat ini sudah dalam tahap pertama, mendapat respon baik dari Raja Kuwait, H.H.Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah. Ia bahkan berjanji akan membantu pembangunan masjid yang akan menjadi kebanggaan masyarakat Sumbar itu.
Hal itu dikemukakan Raja Kuwait kepada Wakil Ketua DPD-RI, H.Irman Gusman, SE, MBA dalam pertemuan khusus di Istana Kerajaan Kuwait, kemarin. Irman berkunjung ke Kuwait sebagai utusan khusus Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono untuk menyampaikan undangan kepada Amir atau Raja Kuwait untuk menghadiri World IslamicEconomic Forum (WIEF) ke 5. Forum ekonomi Islam sedunia itu akan diadakan di Indonesia pada 2-3 Maret 2009 mendatang. Sedangkan WIEF ke 4 diadakan di Kuwait.
Irman dalam kunjungannya didampingi leh Utusan Khusus RI untuk Timur Tengah, Alwi Shihab. Dan, Kerajaan Kuwait berencana akan mengirimkan delegasi untuk datang ke Indonesia menghadiri pertemuan kelima WIEF tersebut di Jakata.
Pada kesempatan itu, Raja Kuwait juga menjajaki kemungkinan untuk menanamkan investasi di Indonesia, sekaligus memperluas kerjasama di bidang ekonomi. Melalui WIEF nanti, kajian-kajian yang mengarah kepada peningkatan kerjasama bidang pembangunan ekonomi yang saling memberikan manfaat, akan lebih terformulasikan pada suatu kebijakan yang dapat direalisasikan.
Amir Kuwait juga berjanji akan menginstruksikan jajarannya di ‘Kuwait Investment Authority’ (KIA) untuk mempelajari kemungkinan berinvestasi di Indonesia dan peluang peningkatan kerjasama di bidang ekonomi.
“Ini peluang besar. Pemerintah Kerajaan Kuwait menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi di Indonesia,” kata Irman tadi malam.
Selain menyampaikan undangan khusus, Irman juga menyampaikan pesan khusus Presiden Yodhoyono agar hubungan kedua negara dapat lebih ditingkatkan, sekaligus memaksimalkan potensi ekonomi yang ada di kedua negara.
Hal itu disambut baik oleh Raja Kuwait yang menitipkan salam kepada Presiden R.I. beserta seluruh rakyat Indonesia dan mengharapkan agar kerjasama yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan lagi. Amir Kuwait, Sheikh Sabah juga menyebut hubungan antara Kuwait dengan Indonesia sudah berjalan dengan sangat baik. Sayangnya, hubungan yang baik tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Raja berharap, kunjungan melalui delegasi yang dipimpin Irman Gusman itu, akan mempererat kerjasama yang akan terjalin.
Kedatangan Irman dan rombongan disambut oleh Pejabat Kerajan Kuwait (Dewan Amiri) dengan pengawalan khusus kenegaraan. Usai bertemu dengan Amir, Irman dan rombongan juga melakukan pertemuan dengan lembaga keuangan dan investasi di Kuwait. (rin/relis) ----- http://www.padangkini.com/headline.php?sub=berita&id=3494 Raja Kuwait Janji Bantu Masjid Raya Sumbar PadangKini.com Kamis, 19/2/2009, 6:45 WIB
PADANG--Amir (Raja) Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmad Al jaber Al Sabah berjanji akan membantu pembangunan Masjid Raya Sumatear Barat yang kini sedang dalam proses pengerjaan.
Janji tersebut dilontarkan Amir Kuwait setelah Wakil Ketua Dewan Perwakilan daerah (DPD) RI Irman Gusman menyodorkan prosposal pembangunan masjid. "Raja (Kuwait) sangat merespon dan berjanji akan membantu," jelas Irman saat berkunjung ke Kuwait, kemarin seperti dikutip rilis yang dikirim ke redaksi Padangkini.
Kunjungan Irman ke Kuwait sebagai utusan khusus Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono untuk menyampaikan undangan kepada Amir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah, menghadiri 5th World Islamic Economic Forum di Indonesia.
Pertemuan ini merupakan kelanjutan 4th World Islamic Economic Forum di Kuwait, tahun lalu. Irman bertemu Amir Kuwait didampingi Utusan Khusus RI untuk Timur Tengah, Alwi Shihab.
Kedatangan Irman dan rombongan disambut oleh Pejabat Kerajan Kuwait (Dewan Amiri) dengan pengawalan khusus kenegaraan.
Selain menyampaikan undangan khusus, Irman juga menyampaikan pesan khusus Presiden Yodhoyono agar hubungan kedua negara dapat lebih ditingkatkan, sekaligus memaksimalkan potensi ekonomi yang ada di kedua negara.
Melalui WIEF ini pula, kajian-kajian yang mengarah kepada peningkatan kerjasama dalam bidang pembangunan ekonomi yang saling memberikan manfaat, dapat lebih terformulasikan pada suatu kebijakan yang dapat direalisasikan.
Dalam pertemuan tersebut Amir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah mengharapkan agar kerjasama yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan lagi.
Amir Kuwait juga menyebut hubungan antara Kuwait dengan Indonesia sudah berjalan dengan sangat baik. Namun sayangnya, hubungan yang baik tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Amir berharap, kunjungan melalui delegasi yang dipimpin Irman Gusman, kerjasama yang lebih erat akan terjalin.
Amir Kuwait juga berjanji akan menginstruksikan jajarannya di Kuwait Investment Authority (KIA) untuk mempelajari kemungkinan berinvestasi di Indonesia dan peluang peningkatan kerjasama di bidang ekonomi.
Usai bertemu dengan Amir, Irman dan rombongan juga melakukan pertemuan dengan lembaga keuangan dan investasi di Kuwait. (*/o)-------- http://www.antara-sumbar.com/id/?mod=berita&d=1&id=16385
Propinsi Kamis, 19/02/2009 07:30 WIBRaja Kuwait Janji Bantu Masjid Raya SumbarKuwait, (ANTARA)-Amir (Raja –red) Kuwait, H.H. Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah menyatakan membantu pembangunan Masjid Raya Sumatera Barat, di Kota Padang yang kini dalam proses pengerjaan. ”Raja (Kuwait) sangat merespon dan berjanji akan membantu,” kata Wakil Ketua DPD-RI, H.Irman Gusman, SE, MBA, usai bertemu Raja Kuwait, di Istana Kerajaan Kuwait, Rabu (18/2). Irman sendiri datang ke Kuwait sebagai utusan khusus Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono untuk menyampaikan undangan kepada Amir Kuwait, H.H. Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah, menghadiri 5th World Islamic Economic Forum. Pertemuan yang di-tuan rumah-i Indonesia ini, merupakan kelanjutan 4th World Islamic Economic Forum di Kuwait, tahun lalu. Irman bertemu Amir Kuwait didampingi Utusan Khsusu RI untuk Timur Tengah, Alwi Shihab. Kedatangan Irman dan rombongan disambut oleh Pejabat Kerajan Kuwait (Dewan Amiri) dengan pengawalan khusus kenegaraan. Selain menyampaikan undangan khusus, Irman juga menyampaikan pesan khusus Presiden Yodhoyono agar hubungan kedua negara dapat lebih ditingkatkan, sekaligus memaksimalkan potensi ekonomi yang ada di kedua negara. Pemerintah Kerajaan Kuwait menjajaki kemungkinan untuk menanamkan investasi di Indonesia, sekaligus memperluas kerjasama di bidang ekonomi. Pihak Kerajaan Kuwait juga berencana akan mengirimkan delegasi untuk datang ke Indonesia, menghadiri pertemuan kelima World Islamic Economic Forum (WIEF) di Jakata, 2-3 Maret 2009 mendatang. Rencana tersebut disampaikan Amir (Raja –red) Kuwait, H.H. Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah kepada Wakil Ketua DPD-RI, H.Irman Gusman, SE, MBA dalam pertemuan khusus di Istana Kerajaan Kuwait, kemarin. ”Ini peluang besar. Pemerintah Kerajaan Kuwait menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi di Indonesia,” kata Wakil Ketua DPD-RI, H.Irman Gusman, SE,MBA tadi malam. Melalui WIEF ini pula, kajian-kajian yang mengarah kepada peningkatan kerjasama dalam bidang pembangunan ekonomi yang saling memberikan manfaat, dapat lebih terformulasikan pada suatu kebijakan yang dapat direalisasikan. Dalam pertemuan tersebut Amir Kuwait, H.H. Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah, Amir Kuwait menitipkan salam kepada Presiden R.I. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan seluruh rakyat Indonesia dan mengharapkan agar kerjasama yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan lagi. Amir Kuwait juga menyebut hubungan antara Kuwait dengan Indonesia sudah berjalan dengan sangat baik. Namun sayangnya, hubungan yang baik tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Raja berharap, kunjungan melalui delegasi yang dipimpin Irman Gusman, kerjasama yang lebih erat akan terjalin. Amir Kuwait juga berjanji akan menginstruksikan jajarannya di Kuwait Investment Authority (KIA) untuk mempelajari kemungkinan berinvestasi di Indonesia dan peluang peningkatan kerjasama di bidang ekonomi. Usai bertemu dengan Amir, Irman dan rombongan juga melakukan pertemuan dengan lembaga keuangan dan investasi di Kuwait. (rel/okt)

Senin, 02 Februari 2009

VISI, MISI DAN MOTTO

PENCALONAN H.IRMAN GUSMAN,S.E.,MBA
SEBAGAI CALON ANGGOTA DPD RI PERIODE 2009-2014

VISI

TERANGKATNYA HARKAT DAN MARTABAT MASYARAKAT SUMATERA BARAT UNTUK KEMANDIRIAN DAN KESEJAHTERRAAN DI DALAM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

MISI

1. MERIVITALISASI SISTEM DAN DUNIA PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SDM DALAM MENYONGSONG TANTANGAN GLOBALISASI, DIGITALISASI DAN FUTURISASI.

2. MENINGKATKAN DAYA SAING DAN KEMANDIRIAN EKONOMI DAERAH MELALUI INOVASI, INVESTASI DAN PENGUATAN EKONOMI RAKYAT DENGAN PRODUK DAN KOMODITI UNGGULAN.


3. MELAKUKAN PENGAWASAN DAN ADVOKASI TERHADAP BERBAGAI MASALAH PEMBANGUNAN DAN PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH.

4. MENDORONG KEHIDUPAN BERAGAMA YANG KONDUSIF SEBAGAI DASAR DALAM PENEGAKAN HUKUM (LAW ENFORCEMENT) BAGI PELAKSANAAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH (GOOD GOVERNANCE) DAN TANPA KKN.


5. MENYALURKAN DAN MEMPERJUANGKAN ASPIRASI SERTA MELAKUKAN FASILITASI, KOMUNIKASI DAN MEMBANGUN SINERGI BERSAMA ANTAR SEMUA STAKEHOLDER (PEMERINTAH, PENGUSAHA DAN MASYARAKAT) MAUPUN HUBUNGAN PUSAT-DAERAH DALAM KERANGKA MENCIPTAKAN KEMAJUAN DAN KEMANDIRIAN DAERAH DALAM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

MOTTO
“ MAJU BERSAMA UNTUK MEMBANGUN NAGARI"
"MENGANGKAT HARKAT DAN MARTABAT SUMATERA BARAT"

Sabtu, 31 Januari 2009

Calon Anggota DPD RI No. 19 Dapil Sumbar

Irman Gusman: WIEF March 1-4, 2009

Jakarta to host World Islamic Economic Conference
Jakarta – Dhul Hijjah 20/ December 18, 2008 – The World Islamic Economic Conference (WIEF) will be held in Jakarta on March 1-4, 2009, the chief organizer said. Deputy Chairman of the Regional Representatives Council (DPD), who is also chairman of the WIEF Steering Committee, Irman Gusman, said the WIEF will focus on food security, energy and bottom line business handling of financial crisis, Antara reported. "This forum is of vitally importance because Islamic countries, particularly those in the Middle East, are no longer backward," Irman Gusman said. He said that countries in the Middle East had surplus funds amounting to US$1.5 trillion which were deposited in a funding facility called Sovereign Wealth Funds (SWF), or Sovereign Welfare Funds (SWF). "SWF was set up as a state-owned financial institution to serve as an investment instrument overseas," he said adding that other countries like Singapore, Malaysia and China had also set up similar funding facilities," Gusman said. HA/IINA
20 Dec 2008

CALON DPD RI NO.19 DAPIL SUMBAR

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0311/15/naper/687786.htm
Irman Gusman,
Religiositas Bisnis dan Politik
SOAL krisis ekonomi di Indonesia, sudah banyak pakar ekonomi dan usahawan membahasnya dalam berbagai forum. Akan tetapi, gagasan dan pemikiran yang dikemukakan Irman Gusman di forum Musyawarah Nasional Tarjih Ke-26 PP Muhammadiyah di Padang awal Oktober 2003 dinilai banyak peserta sebagai sesuatu yang urgen dan perlu segera ditindaklanjuti.
Menurut Irman, tak bisa disangkal, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merupakan masalah nasional yang memiliki konotasi etika kental. Karena itu, Indonesia saat ini dan ke depan memerlukan, bahkan sangat memerlukan lembaga etika bisnis. Kalau tidak ada keinginan ke arah itu, jangan berharap pemulihan ekonomi akan dicapai. Kata kunci pemulihan ekonomi nasional adalah penegakan etika bisnis dalam setiap strata kehidupan masyarakat.
"Ini perlu political will and courage dari para pemimpin, tokoh masyarakat, untuk memulai menegakkan etika bisnis dalam lingkungan masing-masing," kata Irman.
Tuturnya lagi, lembaga etika bisnis bertugas untuk menyelesaikan persoalan etika, merumuskan kode etik nasional, melakukan evaluasi terhadap kode etik lembaga-lembaga bisnis, profesi, dan organisasi lainnya, ditinjau dari sudut hak asasi manusia. Lembaga ini pun, katanya, bertugas menyelesaikan sengketa akibat pelanggaran kode etik dan pemberian sanksi sosial terhadap pelanggar kode etik dalam bentuk komisi etika atau mahkamah etika nasional.
Etika bisnis yang kelihatannya lebih ringan untuk dijalankan ketimbang penegakan hukum, menurut pria kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat (Sumbar), 11 Februari 1962, ini seharusnya dapat diwujudkan bersama. Karena selain bersifat kesadaran pribadi, etika bisnis lebih merupakan "tanggung jawab moral" terhadap diri sendiri, masyarakat, masa depan, dan Tuhan.
IRMAN Gusman tentu tak sekadar ngomong. Di kancah bisnis, setidaknya ia sudah mempraktikkan hal itu, berdasarkan etika-etika dalam agama atau nilai-nilai Islami (religiositas). Ia menjunjung tinggi profesionalisme, etika, inovasi, dan kepeloporan. Hampir semua bisnis yang ia geluti merupakan bisnis pionir.
Gagasan bisnis yang kreatif dan orisinal merupakan ciri utama kiprah Irman dalam dunia bisnis. Salah satunya adalah mengantarkan perusahaannya, PT Kopitime DotCom Tbk, sebagai perusahaan jasa teknologi informasi dan Internet pertama di Indonesia yang tercatat (listing) di lantai bursa, Bursa Efek Jakarta (BEJ), menjadi perusahaan publik.
"Sebagai pengusaha dan anggota MPR, saya pertaruhkan nama baik dan reputasi dalam mengembangkan Kopitime sebagai salah satu perusahaan e-commerce di Indonesia, termasuk di Asia," katanya.
Dalam hal ini, ia juga mempunyai visi dan misi untuk membantu pengusaha nasional, terutama pengusaha kecil dan menengah (UKM), guna mampu memperluas pangsa pasar ke luar negeri lewat Internet dengan biaya relatif murah. "Jumlah pengusaha UKM kurang lebih 2,5 juta, tapi sulit mencari mitra bisnis di luar negeri karena keterbatasan biaya dan jaringan," ujarnya.
Kini Irman, di samping menjadi penasihat Majelis Ekonomi PW Muhammadiyah Provinsi Sumbar, Dewan Pakar Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah, Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat, dan Dewan Pakar Gebu Minang, juga memimpin banyak usaha. Di antaranya sebagai Direktur Utama PT Prinavin Prakarsa yang membidangi perdagangan dan investasi, juga komisaris utama di sejumlah perusahaan, yakni PT Khage Lestari Timber (pengelolaan dan ekspor kayu olahan), PT Padang Industrial Park (menggagas dan mengelola kawasan industri Padang), PT Guthri Pasaman Nusantara (pengelolaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Pasaman, Sumbar), PT Sumatera Kore Motor, dan PT Kopitime DotCom Tbk.
Di bisnis media cetak, ia terjun langsung menjadi Pemimpin Redaksi Harian Mimbar Minang (surat kabar pertama di Indonesia yang sahamnya 100 persen dimiliki koperasi, suatu terobosan yang mengundang apresiasi dari berbagai kalangan aktivis gerakan koperasi di negeri ini). Ia juga komisaris PT Abdi Bangsa, pemilik harian Republika.
Di bidang pendidikan, Irman yang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (1987) dan master of business administration jurusan marketing pada Graduate School of Business, University of Bridgeport, Connecticut, AS (1987), adalah Ketua Yayasan Albadi, pemilik dan pengelola Akademi Manajemen dan Ilmu Komputer (AMIK) di Padang.
"Panggilan jiwa saya sebetulnya adalah sebagai pendidik. Kalaupun saya memilih menjadi pengusaha, maka saya ingin menjadi pengusaha yang mampu mendidik dan mengembangkan jiwa kewirausahaan orang lain, memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengusaha atau calon pengusaha lainnya. Bisnis dan bekerja adalah hobi saya, membaca dan mengajar adalah hiburan saya," katanya.
IRMAN tak hanya dikenal di kancah ekonomi, tetapi juga di panggung politik. Baginya, terjun ke jalur politik setelah lama berkecimpung dan meraih puncak prestasi karier sebagai pengusaha muda nasional dan penasihat ekonomi dunia (IBAC) adalah untuk memperluas wilayah pengabdian.
"Hambatan utama dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia sering kali akibat berbagai kebijakan politik dan tidak prokesejahteraan rakyat. Dalam bisnis sekalipun, ia sering kali berhadapan dengan berbagai ketidakadilan, yang bersumber pada penyimpangan kekuasaan dan kuatnya kepentingan politik. Realitas inilah yang mendorong saya melebarkan sayap pengabdian ke dunia politik," katanya.
Itu pun karena terjadinya perubahan politik yang cukup fundamental, dengan tumbangnya Orde Baru padatahun 1998. Sebagai tokoh muda yang berpikiran brilian dan mempunyai pandangan jauh ke depan, dalam suatu pemilihan yang demokratis dan transparan, Irman pun mendapat suara terbanyak untuk menjadi utusan daerah Sumatera Barat di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999-2004.
Bermodalkan kepercayaan yang diterimanya dan kepiawaiannya dalam memainkan aktivitas politik secara santun, Irman turut membidani lahirnya Fraksi Utusan Daerah MPR, di mana kemudian ia dipercaya menjadi wakil ketua fraksi. Suatu jabatan elite strategis di lembaga tertinggi negara, yang dicapainya dalam usia 39 tahun ketika itu. Dari pernikahannya dengan Liestyana Rizal, ia dikaruniai tiga anak, yakni Irviandari Alestya Gusman, Irviandra Fathan Gusman, dan Irvianjani Audria Gusman.
KEBERHASILAN yang melesat bak meteror-kalau boleh disebut begitu- dalam menjalani roda bisnis dan politik, bagi anak kedua dari 14 bersaudara ini bukan faktor kebetulan. Setidaknya, Irman memetik pengalaman dari kesuksesan orangtuanya, Drs H Gusman Gaus dan Hj Janimar Kamili.
"Dalam diri seorang Irman Gusman mengalir darah ketokohan dan kepemimpinan serta darah saudagar sekaligus intelektual. Sang ayah, Drs Gusman Gaus (almarhum), dikenal luas sebagai tokoh masyarakat Sumbar, seorang pengusaha sukses dan cendekiawan Muslim yang pernah aktif di berbagai organisasi. Pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Wakil Ketua Orwil ICMI Sumbar, dan aktif sebagai Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumbar," kata Khairul Jasmi, Presiden Padang Press Club.
Pengalaman merantau juga membuat ia matang dalam menghadapi tantangan hidup. Perantauan geografis dari Padang (Sumbar) ke Jakarta (Jawa) telah memperluas pandangannya tentang Sumbar sebagai aset nasional. Perantauan "etno-nasionalis" dari daerah (kedaerahan) menuju pusat (kebangsaan) telah memperkuat aksesibilitas ketokohannya di tingkat pusat, menjadi tokoh nasional yang memiliki kepedulian memajukan Sumbar. Perantauan "sekto-pluralis" dari lingkungan sektor keagamaan (agama Islam) menuju lingkungan multiagama yang pluralistik telah memerkaya pemahamannya tentang konsep Islam sebagai rahmatan lilalamin dan membuatnya inklusif dan lebih terbuka. (YURNALDI)
Irman Gusman, Religiositas Bisnis dan Politik
SOAL krisis ekonomi di Indonesia, sudah banyak pakar ekonomi dan usahawan membahasnya dalam berbagai forum. Akan tetapi, gagasan dan pemikiran yang dikemukakan Irman Gusman di forum Musyawarah Nasional Tarjih Ke-26 PP Muhammadiyah di Padang awal Oktober 2003 dinilai banyak peserta sebagai sesuatu yang urgen dan perlu segera ditindaklanjuti.
Menurut Irman, tak bisa disangkal, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merupakan masalah nasional yang memiliki konotasi etika kental. Karena itu, Indonesia saat ini dan ke depan memerlukan, bahkan sangat memerlukan lembaga etika bisnis. Kalau tidak ada keinginan ke arah itu, jangan berharap pemulihan ekonomi akan dicapai. Kata kunci pemulihan ekonomi nasional adalah penegakan etika bisnis dalam setiap strata kehidupan masyarakat.
"Ini perlu political will and courage dari para pemimpin, tokoh masyarakat, untuk memulai menegakkan etika bisnis dalam lingkungan masing-masing," kata Irman.
Tuturnya lagi, lembaga etika bisnis bertugas untuk menyelesaikan persoalan etika, merumuskan kode etik nasional, melakukan evaluasi terhadap kode etik lembaga-lembaga bisnis, profesi, dan organisasi lainnya, ditinjau dari sudut hak asasi manusia. Lembaga ini pun, katanya, bertugas menyelesaikan sengketa akibat pelanggaran kode etik dan pemberian sanksi sosial terhadap pelanggar kode etik dalam bentuk komisi etika atau mahkamah etika nasional.
Etika bisnis yang kelihatannya lebih ringan untuk dijalankan ketimbang penegakan hukum, menurut pria kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat (Sumbar), 11 Februari 1962, ini seharusnya dapat diwujudkan bersama. Karena selain bersifat kesadaran pribadi, etika bisnis lebih merupakan "tanggung jawab moral" terhadap diri sendiri, masyarakat, masa depan, dan Tuhan.
IRMAN Gusman tentu tak sekadar ngomong. Di kancah bisnis, setidaknya ia sudah mempraktikkan hal itu, berdasarkan etika-etika dalam agama atau nilai-nilai Islami (religiositas). Ia menjunjung tinggi profesionalisme, etika, inovasi, dan kepeloporan. Hampir semua bisnis yang ia geluti merupakan bisnis pionir.
Gagasan bisnis yang kreatif dan orisinal merupakan ciri utama kiprah Irman dalam dunia bisnis. Salah satunya adalah mengantarkan perusahaannya, PT Kopitime DotCom Tbk, sebagai perusahaan jasa teknologi informasi dan Internet pertama di Indonesia yang tercatat (listing) di lantai bursa, Bursa Efek Jakarta (BEJ), menjadi perusahaan publik.
"Sebagai pengusaha dan anggota MPR, saya pertaruhkan nama baik dan reputasi dalam mengembangkan Kopitime sebagai salah satu perusahaan e-commerce di Indonesia, termasuk di Asia," katanya.
Dalam hal ini, ia juga mempunyai visi dan misi untuk membantu pengusaha nasional, terutama pengusaha kecil dan menengah (UKM), guna mampu memperluas pangsa pasar ke luar negeri lewat Internet dengan biaya relatif murah. "Jumlah pengusaha UKM kurang lebih 2,5 juta, tapi sulit mencari mitra bisnis di luar negeri karena keterbatasan biaya dan jaringan," ujarnya.
Kini Irman, di samping menjadi penasihat Majelis Ekonomi PW Muhammadiyah Provinsi Sumbar, Dewan Pakar Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah, Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat, dan Dewan Pakar Gebu Minang, juga memimpin banyak usaha. Di antaranya sebagai Direktur Utama PT Prinavin Prakarsa yang membidangi perdagangan dan investasi, juga komisaris utama di sejumlah perusahaan, yakni PT Khage Lestari Timber (pengelolaan dan ekspor kayu olahan), PT Padang Industrial Park (menggagas dan mengelola kawasan industri Padang), PT Guthri Pasaman Nusantara (pengelolaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Pasaman, Sumbar), PT Sumatera Kore Motor, dan PT Kopitime DotCom Tbk.
Di bisnis media cetak, ia terjun langsung menjadi Pemimpin Redaksi Harian Mimbar Minang (surat kabar pertama di Indonesia yang sahamnya 100 persen dimiliki koperasi, suatu terobosan yang mengundang apresiasi dari berbagai kalangan aktivis gerakan koperasi di negeri ini). Ia juga komisaris PT Abdi Bangsa, pemilik harian Republika.
Di bidang pendidikan, Irman yang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (1987) dan master of business administration jurusan marketing pada Graduate School of Business, University of Bridgeport, Connecticut, AS (1987), adalah Ketua Yayasan Albadi, pemilik dan pengelola Akademi Manajemen dan Ilmu Komputer (AMIK) di Padang.
"Panggilan jiwa saya sebetulnya adalah sebagai pendidik. Kalaupun saya memilih menjadi pengusaha, maka saya ingin menjadi pengusaha yang mampu mendidik dan mengembangkan jiwa kewirausahaan orang lain, memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengusaha atau calon pengusaha lainnya. Bisnis dan bekerja adalah hobi saya, membaca dan mengajar adalah hiburan saya," katanya.
IRMAN tak hanya dikenal di kancah ekonomi, tetapi juga di panggung politik. Baginya, terjun ke jalur politik setelah lama berkecimpung dan meraih puncak prestasi karier sebagai pengusaha muda nasional dan penasihat ekonomi dunia (IBAC) adalah untuk memperluas wilayah pengabdian.
"Hambatan utama dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia sering kali akibat berbagai kebijakan politik dan tidak prokesejahteraan rakyat. Dalam bisnis sekalipun, ia sering kali berhadapan dengan berbagai ketidakadilan, yang bersumber pada penyimpangan kekuasaan dan kuatnya kepentingan politik. Realitas inilah yang mendorong saya melebarkan sayap pengabdian ke dunia politik," katanya.
Itu pun karena terjadinya perubahan politik yang cukup fundamental, dengan tumbangnya Orde Baru padatahun 1998. Sebagai tokoh muda yang berpikiran brilian dan mempunyai pandangan jauh ke depan, dalam suatu pemilihan yang demokratis dan transparan, Irman pun mendapat suara terbanyak untuk menjadi utusan daerah Sumatera Barat di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999-2004.
Bermodalkan kepercayaan yang diterimanya dan kepiawaiannya dalam memainkan aktivitas politik secara santun, Irman turut membidani lahirnya Fraksi Utusan Daerah MPR, di mana kemudian ia dipercaya menjadi wakil ketua fraksi. Suatu jabatan elite strategis di lembaga tertinggi negara, yang dicapainya dalam usia 39 tahun ketika itu. Dari pernikahannya dengan Liestyana Rizal, ia dikaruniai tiga anak, yakni Irviandari Alestya Gusman, Irviandra Fathan Gusman, dan Irvianjani Audria Gusman.
KEBERHASILAN yang melesat bak meteror-kalau boleh disebut begitu- dalam menjalani roda bisnis dan politik, bagi anak kedua dari 14 bersaudara ini bukan faktor kebetulan. Setidaknya, Irman memetik pengalaman dari kesuksesan orangtuanya, Drs H Gusman Gaus dan Hj Janimar Kamili.
"Dalam diri seorang Irman Gusman mengalir darah ketokohan dan kepemimpinan serta darah saudagar sekaligus intelektual. Sang ayah, Drs Gusman Gaus (almarhum), dikenal luas sebagai tokoh masyarakat Sumbar, seorang pengusaha sukses dan cendekiawan Muslim yang pernah aktif di berbagai organisasi. Pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Wakil Ketua Orwil ICMI Sumbar, dan aktif sebagai Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumbar," kata Khairul Jasmi, Presiden Padang Press Club.
Pengalaman merantau juga membuat ia matang dalam menghadapi tantangan hidup. Perantauan geografis dari Padang (Sumbar) ke Jakarta (Jawa) telah memperluas pandangannya tentang Sumbar sebagai aset nasional. Perantauan "etno-nasionalis" dari daerah (kedaerahan) menuju pusat (kebangsaan) telah memperkuat aksesibilitas ketokohannya di tingkat pusat, menjadi tokoh nasional yang memiliki kepedulian memajukan Sumbar. Perantauan "sekto-pluralis" dari lingkungan sektor keagamaan (agama Islam) menuju lingkungan multiagama yang pluralistik telah memerkaya pemahamannya tentang konsep Islam sebagai rahmatan lilalamin dan membuatnya inklusif dan lebih terbuka. (YURNALDI)
Irman Gusman, Religiositas Bisnis dan Politik
SOAL krisis ekonomi di Indonesia, sudah banyak pakar ekonomi dan usahawan membahasnya dalam berbagai forum. Akan tetapi, gagasan dan pemikiran yang dikemukakan Irman Gusman di forum Musyawarah Nasional Tarjih Ke-26 PP Muhammadiyah di Padang awal Oktober 2003 dinilai banyak peserta sebagai sesuatu yang urgen dan perlu segera ditindaklanjuti.
Menurut Irman, tak bisa disangkal, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merupakan masalah nasional yang memiliki konotasi etika kental. Karena itu, Indonesia saat ini dan ke depan memerlukan, bahkan sangat memerlukan lembaga etika bisnis. Kalau tidak ada keinginan ke arah itu, jangan berharap pemulihan ekonomi akan dicapai. Kata kunci pemulihan ekonomi nasional adalah penegakan etika bisnis dalam setiap strata kehidupan masyarakat.
"Ini perlu political will and courage dari para pemimpin, tokoh masyarakat, untuk memulai menegakkan etika bisnis dalam lingkungan masing-masing," kata Irman.
Tuturnya lagi, lembaga etika bisnis bertugas untuk menyelesaikan persoalan etika, merumuskan kode etik nasional, melakukan evaluasi terhadap kode etik lembaga-lembaga bisnis, profesi, dan organisasi lainnya, ditinjau dari sudut hak asasi manusia. Lembaga ini pun, katanya, bertugas menyelesaikan sengketa akibat pelanggaran kode etik dan pemberian sanksi sosial terhadap pelanggar kode etik dalam bentuk komisi etika atau mahkamah etika nasional.
Etika bisnis yang kelihatannya lebih ringan untuk dijalankan ketimbang penegakan hukum, menurut pria kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat (Sumbar), 11 Februari 1962, ini seharusnya dapat diwujudkan bersama. Karena selain bersifat kesadaran pribadi, etika bisnis lebih merupakan "tanggung jawab moral" terhadap diri sendiri, masyarakat, masa depan, dan Tuhan.
IRMAN Gusman tentu tak sekadar ngomong. Di kancah bisnis, setidaknya ia sudah mempraktikkan hal itu, berdasarkan etika-etika dalam agama atau nilai-nilai Islami (religiositas). Ia menjunjung tinggi profesionalisme, etika, inovasi, dan kepeloporan. Hampir semua bisnis yang ia geluti merupakan bisnis pionir.
Gagasan bisnis yang kreatif dan orisinal merupakan ciri utama kiprah Irman dalam dunia bisnis. Salah satunya adalah mengantarkan perusahaannya, PT Kopitime DotCom Tbk, sebagai perusahaan jasa teknologi informasi dan Internet pertama di Indonesia yang tercatat (listing) di lantai bursa, Bursa Efek Jakarta (BEJ), menjadi perusahaan publik.
"Sebagai pengusaha dan anggota MPR, saya pertaruhkan nama baik dan reputasi dalam mengembangkan Kopitime sebagai salah satu perusahaan e-commerce di Indonesia, termasuk di Asia," katanya.
Dalam hal ini, ia juga mempunyai visi dan misi untuk membantu pengusaha nasional, terutama pengusaha kecil dan menengah (UKM), guna mampu memperluas pangsa pasar ke luar negeri lewat Internet dengan biaya relatif murah. "Jumlah pengusaha UKM kurang lebih 2,5 juta, tapi sulit mencari mitra bisnis di luar negeri karena keterbatasan biaya dan jaringan," ujarnya.
Kini Irman, di samping menjadi penasihat Majelis Ekonomi PW Muhammadiyah Provinsi Sumbar, Dewan Pakar Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah, Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat, dan Dewan Pakar Gebu Minang, juga memimpin banyak usaha. Di antaranya sebagai Direktur Utama PT Prinavin Prakarsa yang membidangi perdagangan dan investasi, juga komisaris utama di sejumlah perusahaan, yakni PT Khage Lestari Timber (pengelolaan dan ekspor kayu olahan), PT Padang Industrial Park (menggagas dan mengelola kawasan industri Padang), PT Guthri Pasaman Nusantara (pengelolaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Pasaman, Sumbar), PT Sumatera Kore Motor, dan PT Kopitime DotCom Tbk.
Di bisnis media cetak, ia terjun langsung menjadi Pemimpin Redaksi Harian Mimbar Minang (surat kabar pertama di Indonesia yang sahamnya 100 persen dimiliki koperasi, suatu terobosan yang mengundang apresiasi dari berbagai kalangan aktivis gerakan koperasi di negeri ini). Ia juga komisaris PT Abdi Bangsa, pemilik harian Republika.
Di bidang pendidikan, Irman yang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (1987) dan master of business administration jurusan marketing pada Graduate School of Business, University of Bridgeport, Connecticut, AS (1987), adalah Ketua Yayasan Albadi, pemilik dan pengelola Akademi Manajemen dan Ilmu Komputer (AMIK) di Padang.
"Panggilan jiwa saya sebetulnya adalah sebagai pendidik. Kalaupun saya memilih menjadi pengusaha, maka saya ingin menjadi pengusaha yang mampu mendidik dan mengembangkan jiwa kewirausahaan orang lain, memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengusaha atau calon pengusaha lainnya. Bisnis dan bekerja adalah hobi saya, membaca dan mengajar adalah hiburan saya," katanya.
IRMAN tak hanya dikenal di kancah ekonomi, tetapi juga di panggung politik. Baginya, terjun ke jalur politik setelah lama berkecimpung dan meraih puncak prestasi karier sebagai pengusaha muda nasional dan penasihat ekonomi dunia (IBAC) adalah untuk memperluas wilayah pengabdian.
"Hambatan utama dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia sering kali akibat berbagai kebijakan politik dan tidak prokesejahteraan rakyat. Dalam bisnis sekalipun, ia sering kali berhadapan dengan berbagai ketidakadilan, yang bersumber pada penyimpangan kekuasaan dan kuatnya kepentingan politik. Realitas inilah yang mendorong saya melebarkan sayap pengabdian ke dunia politik," katanya.
Itu pun karena terjadinya perubahan politik yang cukup fundamental, dengan tumbangnya Orde Baru padatahun 1998. Sebagai tokoh muda yang berpikiran brilian dan mempunyai pandangan jauh ke depan, dalam suatu pemilihan yang demokratis dan transparan, Irman pun mendapat suara terbanyak untuk menjadi utusan daerah Sumatera Barat di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999-2004.
Bermodalkan kepercayaan yang diterimanya dan kepiawaiannya dalam memainkan aktivitas politik secara santun, Irman turut membidani lahirnya Fraksi Utusan Daerah MPR, di mana kemudian ia dipercaya menjadi wakil ketua fraksi. Suatu jabatan elite strategis di lembaga tertinggi negara, yang dicapainya dalam usia 39 tahun ketika itu. Dari pernikahannya dengan Liestyana Rizal, ia dikaruniai tiga anak, yakni Irviandari Alestya Gusman, Irviandra Fathan Gusman, dan Irvianjani Audria Gusman.
KEBERHASILAN yang melesat bak meteror-kalau boleh disebut begitu- dalam menjalani roda bisnis dan politik, bagi anak kedua dari 14 bersaudara ini bukan faktor kebetulan. Setidaknya, Irman memetik pengalaman dari kesuksesan orangtuanya, Drs H Gusman Gaus dan Hj Janimar Kamili.
"Dalam diri seorang Irman Gusman mengalir darah ketokohan dan kepemimpinan serta darah saudagar sekaligus intelektual. Sang ayah, Drs Gusman Gaus (almarhum), dikenal luas sebagai tokoh masyarakat Sumbar, seorang pengusaha sukses dan cendekiawan Muslim yang pernah aktif di berbagai organisasi. Pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Wakil Ketua Orwil ICMI Sumbar, dan aktif sebagai Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumbar," kata Khairul Jasmi, Presiden Padang Press Club.
Pengalaman merantau juga membuat ia matang dalam menghadapi tantangan hidup. Perantauan geografis dari Padang (Sumbar) ke Jakarta (Jawa) telah memperluas pandangannya tentang Sumbar sebagai aset nasional. Perantauan "etno-nasionalis" dari daerah (kedaerahan) menuju pusat (kebangsaan) telah memperkuat aksesibilitas ketokohannya di tingkat pusat, menjadi tokoh nasional yang memiliki kepedulian memajukan Sumbar. Perantauan "sekto-pluralis" dari lingkungan sektor keagamaan (agama Islam) menuju lingkungan multiagama yang pluralistik telah memerkaya pemahamannya tentang konsep Islam sebagai rahmatan lilalamin dan membuatnya inklusif dan lebih terbuka. (YURNALDI)

Religiositas Bisnis dan Politik

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0311/15/naper/687786.htm
Irman Gusman,

Religiositas Bisnis dan Politik


SOAL krisis ekonomi di Indonesia, sudah banyak pakar ekonomi dan usahawan membahasnya dalam berbagai forum. Akan tetapi, gagasan dan pemikiran yang dikemukakan Irman Gusman di forum Musyawarah Nasional Tarjih Ke-26 PP Muhammadiyah di Padang awal Oktober 2003 dinilai banyak peserta sebagai sesuatu yang urgen dan perlu segera ditindaklanjuti.
Menurut Irman, tak bisa disangkal, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merupakan masalah nasional yang memiliki konotasi etika kental. Karena itu, Indonesia saat ini dan ke depan memerlukan, bahkan sangat memerlukan lembaga etika bisnis. Kalau tidak ada keinginan ke arah itu, jangan berharap pemulihan ekonomi akan dicapai. Kata kunci pemulihan ekonomi nasional adalah penegakan etika bisnis dalam setiap strata kehidupan masyarakat.
"Ini perlu political will and courage dari para pemimpin, tokoh masyarakat, untuk memulai menegakkan etika bisnis dalam lingkungan masing-masing," kata Irman.
Tuturnya lagi, lembaga etika bisnis bertugas untuk menyelesaikan persoalan etika, merumuskan kode etik nasional, melakukan evaluasi terhadap kode etik lembaga-lembaga bisnis, profesi, dan organisasi lainnya, ditinjau dari sudut hak asasi manusia. Lembaga ini pun, katanya, bertugas menyelesaikan sengketa akibat pelanggaran kode etik dan pemberian sanksi sosial terhadap pelanggar kode etik dalam bentuk komisi etika atau mahkamah etika nasional.
Etika bisnis yang kelihatannya lebih ringan untuk dijalankan ketimbang penegakan hukum, menurut pria kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat (Sumbar), 11 Februari 1962, ini seharusnya dapat diwujudkan bersama. Karena selain bersifat kesadaran pribadi, etika bisnis lebih merupakan "tanggung jawab moral" terhadap diri sendiri, masyarakat, masa depan, dan Tuhan.
IRMAN Gusman tentu tak sekadar ngomong. Di kancah bisnis, setidaknya ia sudah mempraktikkan hal itu, berdasarkan etika-etika dalam agama atau nilai-nilai Islami (religiositas). Ia menjunjung tinggi profesionalisme, etika, inovasi, dan kepeloporan. Hampir semua bisnis yang ia geluti merupakan bisnis pionir.
Gagasan bisnis yang kreatif dan orisinal merupakan ciri utama kiprah Irman dalam dunia bisnis. Salah satunya adalah mengantarkan perusahaannya, PT Kopitime DotCom Tbk, sebagai perusahaan jasa teknologi informasi dan Internet pertama di Indonesia yang tercatat (listing) di lantai bursa, Bursa Efek Jakarta (BEJ), menjadi perusahaan publik.
"Sebagai pengusaha dan anggota MPR, saya pertaruhkan nama baik dan reputasi dalam mengembangkan Kopitime sebagai salah satu perusahaan e-commerce di Indonesia, termasuk di Asia," katanya.
Dalam hal ini, ia juga mempunyai visi dan misi untuk membantu pengusaha nasional, terutama pengusaha kecil dan menengah (UKM), guna mampu memperluas pangsa pasar ke luar negeri lewat Internet dengan biaya relatif murah. "Jumlah pengusaha UKM kurang lebih 2,5 juta, tapi sulit mencari mitra bisnis di luar negeri karena keterbatasan biaya dan jaringan," ujarnya.
Kini Irman, di samping menjadi penasihat Majelis Ekonomi PW Muhammadiyah Provinsi Sumbar, Dewan Pakar Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah, Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat, dan Dewan Pakar Gebu Minang, juga memimpin banyak usaha. Di antaranya sebagai Direktur Utama PT Prinavin Prakarsa yang membidangi perdagangan dan investasi, juga komisaris utama di sejumlah perusahaan, yakni PT Khage Lestari Timber (pengelolaan dan ekspor kayu olahan), PT Padang Industrial Park (menggagas dan mengelola kawasan industri Padang), PT Guthri Pasaman Nusantara (pengelolaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Pasaman, Sumbar), PT Sumatera Kore Motor, dan PT Kopitime DotCom Tbk.
Di bisnis media cetak, ia terjun langsung menjadi Pemimpin Redaksi Harian Mimbar Minang (surat kabar pertama di Indonesia yang sahamnya 100 persen dimiliki koperasi, suatu terobosan yang mengundang apresiasi dari berbagai kalangan aktivis gerakan koperasi di negeri ini). Ia juga komisaris PT Abdi Bangsa, pemilik harian Republika.
Di bidang pendidikan, Irman yang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (1987) dan master of business administration jurusan marketing pada Graduate School of Business, University of Bridgeport, Connecticut, AS (1987), adalah Ketua Yayasan Albadi, pemilik dan pengelola Akademi Manajemen dan Ilmu Komputer (AMIK) di Padang.
"Panggilan jiwa saya sebetulnya adalah sebagai pendidik. Kalaupun saya memilih menjadi pengusaha, maka saya ingin menjadi pengusaha yang mampu mendidik dan mengembangkan jiwa kewirausahaan orang lain, memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengusaha atau calon pengusaha lainnya. Bisnis dan bekerja adalah hobi saya, membaca dan mengajar adalah hiburan saya," katanya.
IRMAN tak hanya dikenal di kancah ekonomi, tetapi juga di panggung politik. Baginya, terjun ke jalur politik setelah lama berkecimpung dan meraih puncak prestasi karier sebagai pengusaha muda nasional dan penasihat ekonomi dunia (IBAC) adalah untuk memperluas wilayah pengabdian.
"Hambatan utama dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia sering kali akibat berbagai kebijakan politik dan tidak prokesejahteraan rakyat. Dalam bisnis sekalipun, ia sering kali berhadapan dengan berbagai ketidakadilan, yang bersumber pada penyimpangan kekuasaan dan kuatnya kepentingan politik. Realitas inilah yang mendorong saya melebarkan sayap pengabdian ke dunia politik," katanya.
Itu pun karena terjadinya perubahan politik yang cukup fundamental, dengan tumbangnya Orde Baru padatahun 1998. Sebagai tokoh muda yang berpikiran brilian dan mempunyai pandangan jauh ke depan, dalam suatu pemilihan yang demokratis dan transparan, Irman pun mendapat suara terbanyak untuk menjadi utusan daerah Sumatera Barat di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999-2004.
Bermodalkan kepercayaan yang diterimanya dan kepiawaiannya dalam memainkan aktivitas politik secara santun, Irman turut membidani lahirnya Fraksi Utusan Daerah MPR, di mana kemudian ia dipercaya menjadi wakil ketua fraksi. Suatu jabatan elite strategis di lembaga tertinggi negara, yang dicapainya dalam usia 39 tahun ketika itu. Dari pernikahannya dengan Liestyana Rizal, ia dikaruniai tiga anak, yakni Irviandari Alestya Gusman, Irviandra Fathan Gusman, dan Irvianjani Audria Gusman.
KEBERHASILAN yang melesat bak meteror-kalau boleh disebut begitu- dalam menjalani roda bisnis dan politik, bagi anak kedua dari 14 bersaudara ini bukan faktor kebetulan. Setidaknya, Irman memetik pengalaman dari kesuksesan orangtuanya, Drs H Gusman Gaus dan Hj Janimar Kamili.
"Dalam diri seorang Irman Gusman mengalir darah ketokohan dan kepemimpinan serta darah saudagar sekaligus intelektual. Sang ayah, Drs Gusman Gaus (almarhum), dikenal luas sebagai tokoh masyarakat Sumbar, seorang pengusaha sukses dan cendekiawan Muslim yang pernah aktif di berbagai organisasi. Pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Wakil Ketua Orwil ICMI Sumbar, dan aktif sebagai Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumbar," kata Khairul Jasmi, Presiden Padang Press Club.
Pengalaman merantau juga membuat ia matang dalam menghadapi tantangan hidup. Perantauan geografis dari Padang (Sumbar) ke Jakarta (Jawa) telah memperluas pandangannya tentang Sumbar sebagai aset nasional. Perantauan "etno-nasionalis" dari daerah (kedaerahan) menuju pusat (kebangsaan) telah memperkuat aksesibilitas ketokohannya di tingkat pusat, menjadi tokoh nasional yang memiliki kepedulian memajukan Sumbar. Perantauan "sekto-pluralis" dari lingkungan sektor keagamaan (agama Islam) menuju lingkungan multiagama yang pluralistik telah memerkaya pemahamannya tentang konsep Islam sebagai rahmatan lilalamin dan membuatnya inklusif dan lebih terbuka. (YURNALDI)
Irman Gusman, Religiositas Bisnis dan Politik
SOAL krisis ekonomi di Indonesia, sudah banyak pakar ekonomi dan usahawan membahasnya dalam berbagai forum. Akan tetapi, gagasan dan pemikiran yang dikemukakan Irman Gusman di forum Musyawarah Nasional Tarjih Ke-26 PP Muhammadiyah di Padang awal Oktober 2003 dinilai banyak peserta sebagai sesuatu yang urgen dan perlu segera ditindaklanjuti.
Menurut Irman, tak bisa disangkal, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merupakan masalah nasional yang memiliki konotasi etika kental. Karena itu, Indonesia saat ini dan ke depan memerlukan, bahkan sangat memerlukan lembaga etika bisnis. Kalau tidak ada keinginan ke arah itu, jangan berharap pemulihan ekonomi akan dicapai. Kata kunci pemulihan ekonomi nasional adalah penegakan etika bisnis dalam setiap strata kehidupan masyarakat.
"Ini perlu political will and courage dari para pemimpin, tokoh masyarakat, untuk memulai menegakkan etika bisnis dalam lingkungan masing-masing," kata Irman.
Tuturnya lagi, lembaga etika bisnis bertugas untuk menyelesaikan persoalan etika, merumuskan kode etik nasional, melakukan evaluasi terhadap kode etik lembaga-lembaga bisnis, profesi, dan organisasi lainnya, ditinjau dari sudut hak asasi manusia. Lembaga ini pun, katanya, bertugas menyelesaikan sengketa akibat pelanggaran kode etik dan pemberian sanksi sosial terhadap pelanggar kode etik dalam bentuk komisi etika atau mahkamah etika nasional.
Etika bisnis yang kelihatannya lebih ringan untuk dijalankan ketimbang penegakan hukum, menurut pria kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat (Sumbar), 11 Februari 1962, ini seharusnya dapat diwujudkan bersama. Karena selain bersifat kesadaran pribadi, etika bisnis lebih merupakan "tanggung jawab moral" terhadap diri sendiri, masyarakat, masa depan, dan Tuhan.
IRMAN Gusman tentu tak sekadar ngomong. Di kancah bisnis, setidaknya ia sudah mempraktikkan hal itu, berdasarkan etika-etika dalam agama atau nilai-nilai Islami (religiositas). Ia menjunjung tinggi profesionalisme, etika, inovasi, dan kepeloporan. Hampir semua bisnis yang ia geluti merupakan bisnis pionir.
Gagasan bisnis yang kreatif dan orisinal merupakan ciri utama kiprah Irman dalam dunia bisnis. Salah satunya adalah mengantarkan perusahaannya, PT Kopitime DotCom Tbk, sebagai perusahaan jasa teknologi informasi dan Internet pertama di Indonesia yang tercatat (listing) di lantai bursa, Bursa Efek Jakarta (BEJ), menjadi perusahaan publik.
"Sebagai pengusaha dan anggota MPR, saya pertaruhkan nama baik dan reputasi dalam mengembangkan Kopitime sebagai salah satu perusahaan e-commerce di Indonesia, termasuk di Asia," katanya.
Dalam hal ini, ia juga mempunyai visi dan misi untuk membantu pengusaha nasional, terutama pengusaha kecil dan menengah (UKM), guna mampu memperluas pangsa pasar ke luar negeri lewat Internet dengan biaya relatif murah. "Jumlah pengusaha UKM kurang lebih 2,5 juta, tapi sulit mencari mitra bisnis di luar negeri karena keterbatasan biaya dan jaringan," ujarnya.
Kini Irman, di samping menjadi penasihat Majelis Ekonomi PW Muhammadiyah Provinsi Sumbar, Dewan Pakar Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah, Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat, dan Dewan Pakar Gebu Minang, juga memimpin banyak usaha. Di antaranya sebagai Direktur Utama PT Prinavin Prakarsa yang membidangi perdagangan dan investasi, juga komisaris utama di sejumlah perusahaan, yakni PT Khage Lestari Timber (pengelolaan dan ekspor kayu olahan), PT Padang Industrial Park (menggagas dan mengelola kawasan industri Padang), PT Guthri Pasaman Nusantara (pengelolaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Pasaman, Sumbar), PT Sumatera Kore Motor, dan PT Kopitime DotCom Tbk.
Di bisnis media cetak, ia terjun langsung menjadi Pemimpin Redaksi Harian Mimbar Minang (surat kabar pertama di Indonesia yang sahamnya 100 persen dimiliki koperasi, suatu terobosan yang mengundang apresiasi dari berbagai kalangan aktivis gerakan koperasi di negeri ini). Ia juga komisaris PT Abdi Bangsa, pemilik harian Republika.
Di bidang pendidikan, Irman yang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (1987) dan master of business administration jurusan marketing pada Graduate School of Business, University of Bridgeport, Connecticut, AS (1987), adalah Ketua Yayasan Albadi, pemilik dan pengelola Akademi Manajemen dan Ilmu Komputer (AMIK) di Padang.
"Panggilan jiwa saya sebetulnya adalah sebagai pendidik. Kalaupun saya memilih menjadi pengusaha, maka saya ingin menjadi pengusaha yang mampu mendidik dan mengembangkan jiwa kewirausahaan orang lain, memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengusaha atau calon pengusaha lainnya. Bisnis dan bekerja adalah hobi saya, membaca dan mengajar adalah hiburan saya," katanya.
IRMAN tak hanya dikenal di kancah ekonomi, tetapi juga di panggung politik. Baginya, terjun ke jalur politik setelah lama berkecimpung dan meraih puncak prestasi karier sebagai pengusaha muda nasional dan penasihat ekonomi dunia (IBAC) adalah untuk memperluas wilayah pengabdian.
"Hambatan utama dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia sering kali akibat berbagai kebijakan politik dan tidak prokesejahteraan rakyat. Dalam bisnis sekalipun, ia sering kali berhadapan dengan berbagai ketidakadilan, yang bersumber pada penyimpangan kekuasaan dan kuatnya kepentingan politik. Realitas inilah yang mendorong saya melebarkan sayap pengabdian ke dunia politik," katanya.
Itu pun karena terjadinya perubahan politik yang cukup fundamental, dengan tumbangnya Orde Baru padatahun 1998. Sebagai tokoh muda yang berpikiran brilian dan mempunyai pandangan jauh ke depan, dalam suatu pemilihan yang demokratis dan transparan, Irman pun mendapat suara terbanyak untuk menjadi utusan daerah Sumatera Barat di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999-2004.
Bermodalkan kepercayaan yang diterimanya dan kepiawaiannya dalam memainkan aktivitas politik secara santun, Irman turut membidani lahirnya Fraksi Utusan Daerah MPR, di mana kemudian ia dipercaya menjadi wakil ketua fraksi. Suatu jabatan elite strategis di lembaga tertinggi negara, yang dicapainya dalam usia 39 tahun ketika itu. Dari pernikahannya dengan Liestyana Rizal, ia dikaruniai tiga anak, yakni Irviandari Alestya Gusman, Irviandra Fathan Gusman, dan Irvianjani Audria Gusman.
KEBERHASILAN yang melesat bak meteror-kalau boleh disebut begitu- dalam menjalani roda bisnis dan politik, bagi anak kedua dari 14 bersaudara ini bukan faktor kebetulan. Setidaknya, Irman memetik pengalaman dari kesuksesan orangtuanya, Drs H Gusman Gaus dan Hj Janimar Kamili.
"Dalam diri seorang Irman Gusman mengalir darah ketokohan dan kepemimpinan serta darah saudagar sekaligus intelektual. Sang ayah, Drs Gusman Gaus (almarhum), dikenal luas sebagai tokoh masyarakat Sumbar, seorang pengusaha sukses dan cendekiawan Muslim yang pernah aktif di berbagai organisasi. Pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Wakil Ketua Orwil ICMI Sumbar, dan aktif sebagai Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumbar," kata Khairul Jasmi, Presiden Padang Press Club.
Pengalaman merantau juga membuat ia matang dalam menghadapi tantangan hidup. Perantauan geografis dari Padang (Sumbar) ke Jakarta (Jawa) telah memperluas pandangannya tentang Sumbar sebagai aset nasional. Perantauan "etno-nasionalis" dari daerah (kedaerahan) menuju pusat (kebangsaan) telah memperkuat aksesibilitas ketokohannya di tingkat pusat, menjadi tokoh nasional yang memiliki kepedulian memajukan Sumbar. Perantauan "sekto-pluralis" dari lingkungan sektor keagamaan (agama Islam) menuju lingkungan multiagama yang pluralistik telah memerkaya pemahamannya tentang konsep Islam sebagai rahmatan lilalamin dan membuatnya inklusif dan lebih terbuka. (YURNALDI)
Irman Gusman, Religiositas Bisnis dan Politik
SOAL krisis ekonomi di Indonesia, sudah banyak pakar ekonomi dan usahawan membahasnya dalam berbagai forum. Akan tetapi, gagasan dan pemikiran yang dikemukakan Irman Gusman di forum Musyawarah Nasional Tarjih Ke-26 PP Muhammadiyah di Padang awal Oktober 2003 dinilai banyak peserta sebagai sesuatu yang urgen dan perlu segera ditindaklanjuti.
Menurut Irman, tak bisa disangkal, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merupakan masalah nasional yang memiliki konotasi etika kental. Karena itu, Indonesia saat ini dan ke depan memerlukan, bahkan sangat memerlukan lembaga etika bisnis. Kalau tidak ada keinginan ke arah itu, jangan berharap pemulihan ekonomi akan dicapai. Kata kunci pemulihan ekonomi nasional adalah penegakan etika bisnis dalam setiap strata kehidupan masyarakat.
"Ini perlu political will and courage dari para pemimpin, tokoh masyarakat, untuk memulai menegakkan etika bisnis dalam lingkungan masing-masing," kata Irman.
Tuturnya lagi, lembaga etika bisnis bertugas untuk menyelesaikan persoalan etika, merumuskan kode etik nasional, melakukan evaluasi terhadap kode etik lembaga-lembaga bisnis, profesi, dan organisasi lainnya, ditinjau dari sudut hak asasi manusia. Lembaga ini pun, katanya, bertugas menyelesaikan sengketa akibat pelanggaran kode etik dan pemberian sanksi sosial terhadap pelanggar kode etik dalam bentuk komisi etika atau mahkamah etika nasional.
Etika bisnis yang kelihatannya lebih ringan untuk dijalankan ketimbang penegakan hukum, menurut pria kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat (Sumbar), 11 Februari 1962, ini seharusnya dapat diwujudkan bersama. Karena selain bersifat kesadaran pribadi, etika bisnis lebih merupakan "tanggung jawab moral" terhadap diri sendiri, masyarakat, masa depan, dan Tuhan.
IRMAN Gusman tentu tak sekadar ngomong. Di kancah bisnis, setidaknya ia sudah mempraktikkan hal itu, berdasarkan etika-etika dalam agama atau nilai-nilai Islami (religiositas). Ia menjunjung tinggi profesionalisme, etika, inovasi, dan kepeloporan. Hampir semua bisnis yang ia geluti merupakan bisnis pionir.
Gagasan bisnis yang kreatif dan orisinal merupakan ciri utama kiprah Irman dalam dunia bisnis. Salah satunya adalah mengantarkan perusahaannya, PT Kopitime DotCom Tbk, sebagai perusahaan jasa teknologi informasi dan Internet pertama di Indonesia yang tercatat (listing) di lantai bursa, Bursa Efek Jakarta (BEJ), menjadi perusahaan publik.
"Sebagai pengusaha dan anggota MPR, saya pertaruhkan nama baik dan reputasi dalam mengembangkan Kopitime sebagai salah satu perusahaan e-commerce di Indonesia, termasuk di Asia," katanya.
Dalam hal ini, ia juga mempunyai visi dan misi untuk membantu pengusaha nasional, terutama pengusaha kecil dan menengah (UKM), guna mampu memperluas pangsa pasar ke luar negeri lewat Internet dengan biaya relatif murah. "Jumlah pengusaha UKM kurang lebih 2,5 juta, tapi sulit mencari mitra bisnis di luar negeri karena keterbatasan biaya dan jaringan," ujarnya.
Kini Irman, di samping menjadi penasihat Majelis Ekonomi PW Muhammadiyah Provinsi Sumbar, Dewan Pakar Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah, Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat, dan Dewan Pakar Gebu Minang, juga memimpin banyak usaha. Di antaranya sebagai Direktur Utama PT Prinavin Prakarsa yang membidangi perdagangan dan investasi, juga komisaris utama di sejumlah perusahaan, yakni PT Khage Lestari Timber (pengelolaan dan ekspor kayu olahan), PT Padang Industrial Park (menggagas dan mengelola kawasan industri Padang), PT Guthri Pasaman Nusantara (pengelolaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Pasaman, Sumbar), PT Sumatera Kore Motor, dan PT Kopitime DotCom Tbk.
Di bisnis media cetak, ia terjun langsung menjadi Pemimpin Redaksi Harian Mimbar Minang (surat kabar pertama di Indonesia yang sahamnya 100 persen dimiliki koperasi, suatu terobosan yang mengundang apresiasi dari berbagai kalangan aktivis gerakan koperasi di negeri ini). Ia juga komisaris PT Abdi Bangsa, pemilik harian Republika.
Di bidang pendidikan, Irman yang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (1987) dan master of business administration jurusan marketing pada Graduate School of Business, University of Bridgeport, Connecticut, AS (1987), adalah Ketua Yayasan Albadi, pemilik dan pengelola Akademi Manajemen dan Ilmu Komputer (AMIK) di Padang.
"Panggilan jiwa saya sebetulnya adalah sebagai pendidik. Kalaupun saya memilih menjadi pengusaha, maka saya ingin menjadi pengusaha yang mampu mendidik dan mengembangkan jiwa kewirausahaan orang lain, memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengusaha atau calon pengusaha lainnya. Bisnis dan bekerja adalah hobi saya, membaca dan mengajar adalah hiburan saya," katanya.
IRMAN tak hanya dikenal di kancah ekonomi, tetapi juga di panggung politik. Baginya, terjun ke jalur politik setelah lama berkecimpung dan meraih puncak prestasi karier sebagai pengusaha muda nasional dan penasihat ekonomi dunia (IBAC) adalah untuk memperluas wilayah pengabdian.
"Hambatan utama dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia sering kali akibat berbagai kebijakan politik dan tidak prokesejahteraan rakyat. Dalam bisnis sekalipun, ia sering kali berhadapan dengan berbagai ketidakadilan, yang bersumber pada penyimpangan kekuasaan dan kuatnya kepentingan politik. Realitas inilah yang mendorong saya melebarkan sayap pengabdian ke dunia politik," katanya.
Itu pun karena terjadinya perubahan politik yang cukup fundamental, dengan tumbangnya Orde Baru padatahun 1998. Sebagai tokoh muda yang berpikiran brilian dan mempunyai pandangan jauh ke depan, dalam suatu pemilihan yang demokratis dan transparan, Irman pun mendapat suara terbanyak untuk menjadi utusan daerah Sumatera Barat di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999-2004.
Bermodalkan kepercayaan yang diterimanya dan kepiawaiannya dalam memainkan aktivitas politik secara santun, Irman turut membidani lahirnya Fraksi Utusan Daerah MPR, di mana kemudian ia dipercaya menjadi wakil ketua fraksi. Suatu jabatan elite strategis di lembaga tertinggi negara, yang dicapainya dalam usia 39 tahun ketika itu. Dari pernikahannya dengan Liestyana Rizal, ia dikaruniai tiga anak, yakni Irviandari Alestya Gusman, Irviandra Fathan Gusman, dan Irvianjani Audria Gusman.
KEBERHASILAN yang melesat bak meteror-kalau boleh disebut begitu- dalam menjalani roda bisnis dan politik, bagi anak kedua dari 14 bersaudara ini bukan faktor kebetulan. Setidaknya, Irman memetik pengalaman dari kesuksesan orangtuanya, Drs H Gusman Gaus dan Hj Janimar Kamili.
"Dalam diri seorang Irman Gusman mengalir darah ketokohan dan kepemimpinan serta darah saudagar sekaligus intelektual. Sang ayah, Drs Gusman Gaus (almarhum), dikenal luas sebagai tokoh masyarakat Sumbar, seorang pengusaha sukses dan cendekiawan Muslim yang pernah aktif di berbagai organisasi. Pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Wakil Ketua Orwil ICMI Sumbar, dan aktif sebagai Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumbar," kata Khairul Jasmi, Presiden Padang Press Club.
Pengalaman merantau juga membuat ia matang dalam menghadapi tantangan hidup. Perantauan geografis dari Padang (Sumbar) ke Jakarta (Jawa) telah memperluas pandangannya tentang Sumbar sebagai aset nasional. Perantauan "etno-nasionalis" dari daerah (kedaerahan) menuju pusat (kebangsaan) telah memperkuat aksesibilitas ketokohannya di tingkat pusat, menjadi tokoh nasional yang memiliki kepedulian memajukan Sumbar. Perantauan "sekto-pluralis" dari lingkungan sektor keagamaan (agama Islam) menuju lingkungan multiagama yang pluralistik telah memerkaya pemahamannya tentang konsep Islam sebagai rahmatan lilalamin dan membuatnya inklusif dan lebih terbuka. (YURNALDI)